Pages

Thursday, April 23, 2015

Kenapa Harus Ojek?


   Ojek adalah "Spirit vehicle" milik Indonesia. Gak mau kalah sama India dengan Bajajnya (Meskipun Jakarta punya Bajaj juga), Indonesia juga bikin yang namanya "Cycle-taxi" atau biasa disebut dengan kata "Ojek".


   Alasan kenapa gue pilih kata "Ojek" sebagai nama sampingan dari "Ujang per-Ojek" adalah karena kegesitan motor bebek dengan nomer plat ga lengkap yang melewati kemacetan jalan raya adalah hal yang gue inginkan di blog ini. Maksud gue adalah, gue pengen dikala manusia modern ga suka baca buku atau tulisan lainnya, gue bisa melewati hambatan itu dengan gesit dan menjadi sukses diatas rintangan yang orang lain lagi hadapin.

   Ojek tuh hebat. Di kala hati lo sedih gaada yang jemput, selalu ada ojek untukmu. Ketika harimu terasa sedih dan galau, selalu ada ojek untuk mengantar mu pulang. Ketika lo pengen hang-out sama temen-temen tapi nyokap ga pinjemin kunci motor, selalu ada ojek nunggu lo di perempatan siap membawamu kepada keceriaan bersama kawan-kawan. Mungkin agak susah buat nawar tukang ojek yang egois, tapi ojek yang sesungguhnya adalah ojek yang menerima rejeki yang telah diberikan tuhan. Tapi ya mikir-mikir juga lah masa dari HI ke Bekasi cuma Rp.5000,-?

   Pernah sehari gue TO bahasa Inggris, ada satu kolom yang nge-describe ojek in general. Awalnya gue ngerasa aneh dengan soal di salah satu TO tersebut. Tapi itu yang ngebawa gue ke postingan ini.

   Rumah gue ga jauh dari sekolah. Apartement gue cuma tinggal lurus, perempatan belok kanan, sampe. Naik motor pun bensin yang abis ga sampe setengah liter. Tapi asal lo tau, dari sekolah balik ke rumah naik ojek itu harus bayar Rp12.000,- atau Rp15.000. Aslinya gue langganan disitu dari awal kelas 7 (Karena selama SD gue dijemput supir. Sekarang sih supir ada, cuman sering ilang kelayapan jadinya naik ojek.). Sopir ojek ini gue gatau namanya siapa tapi hati gue memanggilnya "Si topi".

   Asal-usul kenapa gue bisa bayar Rp15.000 untuk perjalanan pulang masihlah suatu misteri. Beberapa kali gue berdebat soal harga dan lain-lainnya. Gue nawar mulai dari Rp5000 sampe Rp10.000, tapi gaada yang mau. Pernah gue nyerah naik ojek dan niatnya move on ke bajaj yang berderet di depan sekolah. Satu deretnya bisa 10 lebih bajaj. Gue tawarin masing-masing. Dan semuanya gaada yang mau. Dengan alasan yang sama, yaitu 'Yah, Dek, jauh itu'.

   Perdebatan antara murid soak dan seorang supir bajaj pun ga jauh-jauh dari ini :

   Gue : 'Mas, ke apartemen *#*#* ya. Mablas'

   Sopir : 'Ah ga, ah! dwalima lah,Dek'

   Gue : 'Yah deket itu, Bang'

   Sopir : 'Jauh, Dek. Bensin mahal!'

   Mungkin ada baiknya bajaj dan ojek pake argo meter buat ngitung ongkos.

   Gue : 'Ayodong rejeki jangan ditolak'

   Sopir : 'Dek, saya punya keluarga di rumah nunggu hasil kerja saya'

   Gue : 'Ya tapi kan mas masih bisa mikir dong sedeket itu harganya berapa'

   Sopir : 'Yaudah sana jalan kaki aja sana!'

   Gue pun diusir sama bajaj. Emang bener bajaj yang ga bersyukur dapet pelanggan.

   Sekedar tips buat kalian yang mau nawar kendaraan umum kayak bajaj atau ojek, gunakan trik "Kamu nolak, aku ngambek". Contohnya seperti ini :

   Lo : 'Mang, jalan @&!^$ sepuluh ya'

   Sopir : 'Ah, gamau'

   Lo : 'Oyaudah'.

   Abis itu tinggalin dia dan jangan nengok ke belakang. 75% dia bakalan manggil lo sambil berkata 'Yaudah ayok sepuluh'. Kalo emang lo kenanya yang 25% lainnya, mungkin emang lo udah apes.

   Intinya gue bikin postingan ini buat kalian wahai tukang ojek diluar sana yang kali aja iseng-iseng buka Google dan nemu blog ini, tolong pesan gue dijaga, jangan dilupakan. This country needs a hero. Someone that can make this country a better place. Dengan kehadiranmu di dunia ini, di kota ini, di perempatan jalan ini, kau bisa membuat perubahan. Ojek yang baik adalah ojek yang menerima rejeki dan tantangan yang diberikan pelanggan. Maafkan kami sebagai pelanggan suka ga kira-kira dalam menawar harga. Tapi ada harga ada kualitas. Kalo situ ojek yang nawarin kami pelayanan bagus (Contoh : senyuman, sapaan, helm, dan nego yang sesuai fakta, bukan opini (pilihan harga si abang)) mungkin kami bakalan seneng buat nambahin harga. Kami berterimakasih atas keberadaanmu di dunia ini. Tanpa lo semua waha para ojekers, kami hanyalah rakyat biasa yang mengejar waktu.

Sekian.

No comments:

Post a Comment