Sekian lama ga nulis bukan berarti gue kehilangan ide (Sebenernya iya, biar dianggep penulis cool aja), tapi karena gue lagi sibuk sama kepentingan gue sendiri. Rasanya pengen nulis lagi cuman
Ya, gue punya aquarium air laut sekarang. Ada kepiting kecil namanya Hippy di sana. Tapi gue ga mau bahas kepiting itu di postingan kali ini. Kita bahas kapan-kapan.
Anyways, over the past few months i did a research on girls. "Girls" ya, bukan "Girl". Jamak, bukan tunggal. Semuanya ancur parah. Gagal. Bisa dibilang ga ada yang bener di sana. Dan gue mau bahas itu di sini.
Sebelumnya, gue mau ingetin kalo postingan kali ini bakalan panjang dan buang-buang waktu kalian. Kecuali kalian mau baca, silakan scroll sampe bawah.
Gadis pertama datang ga jauh dari tempat gue berada. Sebut aja namanya Plankton. Dia baik, manis, dan punya sifat keibuan yang selalu gue suka. Orangnya lugu, tapi bisa diandelin. Ya, gue pernah deket sama dia. Berkali-kali dunia ngasih sinyal ke gue, tapi ga gue ambil. Gue takut; takut dilahap oleh kenyataan bahwa gue ga sesuai dengan apa yang perempuan minta.
Mungkin, itu cuma dia. Dia cool. Dia menyetarakan semua orang. Dan gue diantara orang-orang setara itu, tapi kepedean.
Berikutnya Sayap, gadis kocak yang ga pernah bikin bosen. Pemikirannya selalu di ujung batas, lebay, dan terlalu sensitif. Sumbu kecil dan mudah terpelatuque. Anehnya, dia selalu sabar sekalipun gue ejek dia setiap kali ketemu. Banyak cerita yang dia kasih. Banyak kebaikan yang dia kasih. Bahkan gue udah lumayan kenal sama orangtuanya. Masalahnya, gue ga bisa karena ada sesuatu yang ngehalangin gue buat nyatain.
Lembaran kosong antara gue dan dia masih banyak. Tapi sengaja ga gue tulis; karena banyak hal yang bisa bikin gue tergelincir nulis jalan cerita yang salah. Lagi.
Poni ga pernah rapi dan ga pernah nurut kalo dibilangin. Gue bilang berkali-kali, tapi tetep ga mau denger. Udah kenal cukup lama, tapi ga pernah berjalan mulus. Ga, kami ga kenal deket sedeket Rangga dan Cinta; kami lebih kayak temen sekelas biasa. Satu orang suka, tapi yang satu lagi belom tentu. Pengen gue lanjutin, cuman gue bukan tipe cowok yang bakalan dia suka.
Gue tau dia berambisi sama orang yang pernah nyakitin dia. Gue tau banyak hal tentang orang ini karena dia cerita udah berkali-kali ke gue. Gue tau, kalo aja gue bisa lebih baik, gadis ini bisa jadi milik gue saat itu juga. Sayangnya engga. Atau mungkin gue ga memenuhi kriteria. Semua cuma skenario shower belaka.
Bulan purnama muncul ketika gue dan dia pertama kali bertemu. Well, bukan lewat tatap muka, tapi lewat dunia maya. Baru kali ini ketemu orang yang bisa se-fun dan se-asik buat diajak ngobrol. Yang paling gue suka adalah, dia pinter nyanyi. Yang paling gue benci adalah betapa bodohnya gue sia-siain gadis ini. Kami punya panggilan lucu, bahkan. Sekarang beri tepuk tangan pada orang yang ninggalin orang sebaik ini.
Singkat cerita gue ga bisa ngambil hubungan jarak jauh karena jarak dekat aja gue ga bisa jaga. Kata dokter, "Lebih baik mencegah daripada mengobati," jadi gue berhentiin hubungan kami tepat di tengah jalan. Ini untuk keselamatan kami berdua. Setidaknya kami berdua bisa hidup bahagia. But, yea, I'm still a jerk, right?
Selang beberapa bulan setelah kejadian sebelumnya, gue mulai memilih untuk deket sama Kurcaci. Makin sering ngobrol, makin sering curhat, makin deket sama temen-temen sepermainannya, makin nyambung. Rasanya gue bisa jadi miliknya, kalo gue mau. Masalahnya, gue ga bisa karena gue tau anak ini bakalan jalan ke mana-mana. Di sisi lain, dompet gue udah nangis duluan setiap kali gue buka buat jajanin temen. Mendingan gue mundur perlahan, atau jalan di tempat aja.
Ada lagi Ginseng yang bikin adem hati. Sikapnya polos, alus, lebih rentan daripada kapas. Isi kepalanya ya gitu-gitu aja. Lambat berkembang namun cepat melelehkan hati yang keras.
Tuhan udah capek, makanya ia ngasih cewek yang baik dan bersih buat gue. Mungkin, maksudnya biar gue sadar kalo orang yang gue butuhin adalah yang kayak dia. Sayangnya engga. Mungkin Tuhan lupa gue sekotor apa. Ga ada yang tau seberapa buruk anak ini kalo ada di kendali gue. Gue ga bisa. Gue memilih mundur perlahan.
Setelah gue biasa aja sama gadis sebelumnya, datanglah Agent; the one who kills me with her intelegent. She's a smart-ass-bombastic-retarted-girl. The one who drown me into the abyss of confusion and puzzles. The one who made me flew like a wind through her writings. The one who made me thinks that she's in love with me too.
Singkat cerita, gue dan dia tiba-tiba menjauh. Semenjak pulang dari suatu acara, semuanya mulai renggang. Semuanya mulai menjauh dan susah banget dideketin. Mungkin gue salah? Mungkin gue kenapa? Ga ada yang tau. Anak ini emang misterius. Tapi gue suka.
Berawal ngejek, sekarang bikin melek. Rasa aneh yang muncul dan terus tumbuh lebih tinggi daripada tumbuh kembang si gadis yang satu ini. Sering mampir dan sering jadi bahan pembicaraan orangtua somehow. Easy going, dan pembahasannya luas.
Bukan; bukan gue orangnya. Sekali lagi, mungkin gue cuma salah satu dari mereka yang disetarakan derajatnya, namun berimpian lebih banyak dari yang seharusnya.
Sejauh ini, kayaknya lo udah berpikiran kalo gue lemah. Ya, I'm a big ass pussy. Gue cemen, gue lemah, gue terlalu cepat mundur dan ga mau balik lagi, gue memilih jalan cepat karena ga mau ribet kedepannya. Sejauh ini lo bener. Mungkin berikutnya salah.
"Gue sering curhat ke lo, dan lo sering kasih saran ke gue. Kok lo sendiri belom jadian, Kaf?" kata seorang teman gue beberapa hari yang lalu.
Mungkin jawabannya ada sama gadis ini. Gadis pertama yang buat hati gue jatuh merana saat kelas satu SMA. Gadis pertama yang bikin gue pergi jauh-jauh beli pancake durian, ninggalin tas gue di sana, dan harus balik lagi. Gadis pertama yang bikin gue malu gak karuan pas nyatain perasaan di depan banyak orang. Gadis pertama yang bikin gue nangis di bus sendirian cuma buat ketemu dia.
Gadis yang satu ini bener-bener bikin gue meleleh. Ada masa di mana gue mau jadi babu dia, demi dia, dan karena dia. Gue beranikan diri buat nembak. Buat nunjukin kalo gue serius. Tapi ga lama semuanya udah. Ilang gitu aja.
Semenjak putus dari dia, perasaan bahwa gue ga mampu mempertahankan seorang perempuan terus-menerus menghantui gue. Seakan-akan berbisik setiap kali gue berusaha deketin seseorang yang baru. Katanya, gue ga bakalan sanggup ngurus cewek ini. Katanya, cewek baik-baik kayak dia aja ga mau sama gue. Katanya, tinggalin aja.
Semua problem gue ngedeketin cewek berakar dari kejadian itu. Dari rasa takut untuk tenggelam pada kesalahan yang pernah gue lakuin. Beban yang bikin gue ga bisa naik ke tingkat berikutnya dalam hubungan. Gue minta maaf, tapi lo ga salah. Mungkin gue yang belom siap.
Semua bertambah buruk ketika gue sadar kesalahan gue yang kedua : Telat. Ya, hal terburuk dalam dunia PDKT adalah ketika lo keduluan. Ya, ketika semua usaha lo berhasil dikalahan oleh waktu. Lo sibuk mikirin apa yang bibir lo ucapin, bukan apa yang hati lo ungkapin.
Perlahan-lahan orang-orang yang gue singgung di atas mulai nunjukin seseorang yang ia deketin. Entah mungkin cuma foto, atau mungkin beneran jadian.
Dimulai dari gadis pertama yang bikin gue meleleh. Ga lama setelah putus, ia jadian sama seseorang yang gue kenal baik. Menurut gue itu fine-fine aja. We're cool. Setidaknya masa-masa ia harus sendiri ga selama gue, kan?
Masuk ke pertengahan kelas 11, Poni mulai serius dengan cowok idamannya ini. Beberapa kali gue liat dia galau, pengen gue sapa dan hibur tapi takut dicap cuma dateng karena caper. Ga lama ini bahkan dia mulai sering nunjukin foto mereka berdua.
Bukan bentakan yang bikin gue mundur dari Kurcaci, melainkan berita bahwa dia punya seseorang di hatinya saat ini. Awalnya biasa aja, tapi lama-lama ada keselnya. Gue bahkan sempet bermasalah sama seseorang di ujung sana.
Ginseng mulai dideketin sama seorang temen gue. Gue rasa dia juga suka.
Sayap mulai terbang menuju lelaki yang ia dambakan akhir-akhir ini. Dari raut mukanya juga beda. Akhir-akhir ini dia lagi seneng-senengnya karena bisa foto sama seseorang. Begitupula dengan Plankton.
Tukang mampir juga akhir-akhir ini deket sama seseorang yang namanya sering disebut sejak awal kami ketemu. Mungkin dia udah satu langkah ke depan?
Sisanya? Sisa dari nama-nama di atas gue ga tau perkembangannya gimana. Aslinya, ada lebih banyak cerita yang mau gue tulis, tapi ga sepenting mereka yang ada di atas. Kalo dibikin list, They're the Reasons Why. Mungkin gue harus ngerekam suara di tape, trus dioper ke mereka. Tapi gue ga bunuh diri, kok.
The thing is, being late is one kind of a hell. You'll suffer the truth of being not quick enough to be with someone you care the most. Well, it hurts for a bit, until you met someone else; and the cycle goes again.
Being such a coward because of a trauma makes me feel uncomfortable near girls. It feels like I'm weak and unworthy to be her 'Special one'. Makes me feel like a mashed potato. Or even worse.
Gila gue galau abis. Postingan kali ini bener-bener beda sama yang biasanya. Maapkeun.
Pesan moralnya adalah :
- Jangan jatuhkan jangkar dan lupa menaikkannya kembali. Nanti kapalnya ga mau jalan, bisa berabe.
- Kejar sampe dapet. Kalo ga dapet tandanya hamil.
- Jangan pulang sebelum kenyang.
- Jangan pulang sebelum digoyang.
- Jangan goyang kalo belom mau pulang.
- Jangan masak nasgor pas lagi lomba lari.
- Jangan berpatokan pada kejadian yang pernah terjadi. Semua punya jalan tersendiri untuk menunjukkan kebahagiaan.
- Mistakes could be your best teacher, you know.
Apaan sih ga asik.
** ** ** ** ** **
Postingan pertama di 2017. Ga ada new year new me bullshits. CoffeeRaptor bakalan begini aja isinya. Maaf kalo penataan kalimatnya ga sebagus OA berstandar puisi di Line. Maaf buat yang kesindir. Maaf juga buat yang kegeeran padahal ga gue sindir. Maaf buat fans gue yang kecewa ga gue sindir. Maaf buat Mama karena Kafi kembali lagi ke dunia kelam kepenulisan remaja.
Kayaknya ga banyak yang bisa gue ucapin lagi. Intinya makasih masih mau baca, makasih udah mau ingetin gue ke blog ini, makasih kalian yang udah nyediain topik kali ini, makasih udah mau ngelike sekalipun gue tau lo ga ikhlas. Intinya, kasih tau ke temen kalian seberapa buruknya masa remaja Kafi di Internet.
No comments:
Post a Comment