oleh : Kafi ekayasa
Ia membenarkan kacamata, menyisir rambutnya dengan rapi, dan berjalan menyurusi Lorong sambil membawa buku-buku pelajaran. Puluhan pasang mata menatap; sebagian besar berlari menuju kelas, sisanya tersenyum manis kepadanya. Ketika Ia memasuki ruang kelas, semua menjadi sunyi. Tidak, ini bukan sunyi ketegangan, melainkan sunyi menahan rasa senang. Ketua kelas berdiri, meneriakkan perintah salam, dan anak yang lainnya memberikan salam. Guru tua ini menunduk pelan, menjawab, kemudian membalikkan badan dan mengambil sebuah spidol.